MUSEUM KAA

Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA)

Terletak di jantung kota Bandung, Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) menempati bangunan sayap kiri Gedung Merdeka. Museum ini diresmikan Presiden Soeharto pada puncak peringatan KAA ke-25 tanggal 25 April 1980. Gagasan pendirian museum tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja SH LLM.

KAA pertama kali diselenggarakan di Bandung dari tanggal 18 – 24 April 1955,  diikuti oleh 29 negara peserta. Sidang-sidang pleno diselenggarakan di Gedung Merdeka dan sidang komisi diselenggarakan di Gedung Dwiwarna. Gedung Merdekai merupakan bangunan cagar budaya yang dibangun pertama kali pada tahun 1895 dan selanjutnya dibangun kembali pada tahun 1920 dan 1928, merupakan hasil rancangan dua arsitek berkebangsaan Belanda, masing-masing Van Gallen Last dan Prof. CP Wolff Schoemaker. Akan halnya Gedung Museum KAA dibangun tahun 1940, hasil rancangan arsitek AF Albers.

05_KAA

Kedua gedung tersebut sebelumnya dinamakan Gedung Concordia danGedung Indische  Pensioen Fondsen (Dana Pensiun). Namun menjelang berlangsungnya KAA, Presiden Soekarno pada tanggal 7 April 1955 memerintahkan mengganti nama kedua gedung tersebut menjadi Gedung Merdeka dan Gedung Dwiwarna.  Pada saat yang sama, nama jalan di depan Gedung Merdeka dari semula Jalan Raya Barat diganti namanya menjadi Jalan Asia-Afrika. Pada zaman penjajahan Belanda, jalan tersebut dinamakan Grote Postweg  (jalan raya pos).

                                                                ****

Museum KAA setelah mengalami beberapa kali renovasi memiliki ruang pamer tetap, ruang perpustakaan, dan ruang audio visual.  Ruang pameran tetap  menampilkan koleksi-koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan galeri foto. Antara lain foto dokumenter peristiwa yang mengawali penyelenggaraan KAA seperti Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor sampai KAA tahun 1955. Selain itu dilengkapi pula dengan foto-foto peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya KAA, dampak KAA bagi dunia internasional, Gedung Merdeka dari masa ke masa, dan profil negara-negara peserta yang dimuat dalam multimedia. Pengunjung juga bisa menyaksikan diorama yang menggambarkan pembukaan KAA tahun 1955.        

04_KAA    

                Untuk menunjang kegiatan museum, pada tahun 1985, atas prakarsa Abdullah Kamil, Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indobesia di London, dibangun perpustakaan. Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan budaya negara-negara Asia-Afrika, serta negara-negara lainnya. Selain itu terdapat pula dokumen-dokumen mengenai KAA dan konferensi lanjutannya, serta majalah dan surat kabar hasil sumbangan/hibah dan pembelian.

                Ruang audio visual merupakan sarana penayangan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, KAA dan konferensi-konferensi lanjutannya, serta film-film yang menyangkut kebudayaan dari negara-negara Asia-Afrika. Selain itu, museum ini dilengkapi pula dengan beberapa multimedia. Tiga unit komputer berisi informasi mengenai sejarah Gedung Merdeka, sejarah KAA, dan sejarah Museum KAA, profil negara-negara peserta KAA dan biografi para delegasi, serta dampak KAA terhadap perkembangan politik internasional. Sebuah televisi plasma menayangkan film dokumenter berjudul “The Birth of The Bandung Spirit”, serta audio yang memutar suara asli Presiden Soekarno ketika menyampaikan pidato pembukaan pada KAA tahun 1955.

01_KAA  

                 Setelah peringatan setengah abad KAA pada bulan April 2005, koleksi museum dilengkapi dengan “Gong Perdamaian Dunia” yang ditempatkan di Gedung Merdeka. Gong dengan garis tengah dua meter itu beratnya 270 kilogram. Bagian luarnya dilengkapi dengan nama negara dan bendera 106 negara peserta. Pada puncak peringatan KAA ke-50, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sekjen PBB Kofi Anan dan lebih dari 100 perwakilan negara Asia-Afrika menanam 25 jenis pohon dari kedua benua tersebut di Lapang Tegallega, Bandung. Sebanyak 18 jenis pohon di antaranya berasal dari Asia dan tujuh jenis pohon lainnya berasal dari Afrika. 

                                                                ****

Mempelajari kebangkitan negara-negara Asia-Afrika lewat Museum KAA cukup menarik. Bayangkan saja, pada saat KAA pertama diselenggarakan hanya diikuti oleh 29 negara. Satu negara, yakni Federasi Afrika Tengah menolak diundang karena negara tersebut masih dikuasai penjajahnya. Negara-negara tersebut adalah Afganistan, Birma, Kamboja, Sailan, Republik Rakyat Tiongkok, Mesir, Ethiopia, Pantai Emas, India, Indonesia, Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Pakistan, Filipina, Arab Saudi, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam (Utara), Vietnam (Selatan), dan Yaman. Namun sekarang sudah berapa banyak negara-negara di benua Asia-Afrika yang merdeka. Belum lagi di belahan dunia lain seperti Amerika Latin dan Eropa yang terinspirasi oleh KAA.  

03_KAA

                Sekedar latar belakang mengapa konferensi tersebut diselenggarakan, saat itu dunia diwarnai kekhawatiran negara-negara Asia-Afrika  terhadap   situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa. Walaupun Perang Dunia Kedua telah berakhir, tetapi permusuhan masih terus berlangsung sehingga dikhawatirkan menjadi perang terbuka seperti yang terjadi di Jazirah Korea, Indo-China, Palestina, dan Afrika Utara.  Selain itu, negara-negara Asia-Afrika yang sudah merdeka masih menghadapi sisa-sisa penjajahan.    

Kronologi proses persiapan sampai penyelenggaraan konferensi tersebut, secara singkat  adalah sebagai berikut:

                Tanggal 25 Agustus 1953: Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo menyampaikan keterangan pemerintah tentang politik luar negeri Indonesia di depan parlemen yang antara lain menyatakan keinginan  pemerintah mempererat kerjasama di antara negara-negara Asia-Afrika.

                Tanggal 28 April – 2 Mei 1954: Atas undangan Perdana Menteri Sir John Kotelawala dari Ceylon (Srilangka) diselenggarakan Konferensi Kolombo yang bertujuan membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Konferensi diikuti oleh Perdana Menteri Burma (kini Myanmar) U Nu, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Indonesia Mr. Ali Sastroamidjojo, dan Perdana Menteri Pakistan Mohammed Ali.

                                                                                ****

Sebelum mengikuti konferensi tersebut, Presiden Soekarno menekankan kepada Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia-Afrika yang selama 30 tahun menjadi cita-cita bersama membangun solidaritas melawan penjajahan. Maka sebagai persiapan mengikuti Konferensi Kolombo,  pemerintah mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasific di Wisma Tugu, Puncak, Bogor dari tanggal 9 – 22 Maret 1954.

                Usul Indonesia perlunya diadakan pertemuan yang lebih luas antara Negara-negara Asia-Afrika diterima oleh semua peserta konferensi. Pada bagian akhir komunike bersama, Indonesia diberi kesempatan menjajaki kemungkinannya. 

                Sejak bulan Mei – Desember 1954:  Pemerintah Indonesia gencar melakukan diplomasi dengan tidak kurang dari 18 negara di Asia-Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan KAA. Ide tersebut ternyata disambut baik, bahkan diusulkan Indonesia menjadi tuan rumah. Namun waktu pelaksanaannya berbeda-beda.

                Tanggal 18 Agustus 1954: Belum lagi konferensi diselenggarakan, Perdana Menetri Jawaharlal Nehru dari India mengingatkan Perdana Menteri Indonesia bahwa perkembangan situasi dunia semakin gawat sehubungan dengan adanya usul mengadakan KAA. Namun setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25 September 1954, Indonesia berhasil meyakinkan Perdana Menteri India betapa pentingnya konferensi tersebut.

                Tanggal 28 September 1954: Perdana Menteri U Nu dari Birma menyatakan keyakinan yang sama.  

                Tanggal 28 – 29 Desember 1954: Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, diselenggarakan Konferensi Lima Negara yang diikuti oleh lima Perdana Menteri peserta Konferensi Kolombo. Konferensi yang diselenggarakan di Bogor itu membicarakan persiapan KAA.

                Kelima negara peserta yang menjadi sponsor KAA menyetujui Indonesia menjadi tuan rumah dan penyelenggaraan konferensi pada minggu terakhir April tahun 1955. Sebagai tuan rumah, Presiden Soekarno menunjuk kota Bandung menjadi  tempat konferensi.

Semula konferensi akan diselenggarakan pada akhir bulan April, namun negara-negara Islam di Timur Tengah dan Indonesia merasa keberatan karena pada tanggal 24 April di Indonesia dan 25 April di Timur Tengah sudah memasuki puasa bulan Ramadhan. Sebaliknya jika diselenggarakan tanggal 15 April, beberapa negara seperti Kamboja, Thailan, Burma (Myanmar), dan Vietnam merayakan hari suci ummat Budha. Pilihan penyelenggaraan konferensi akhirnya jatuh pada tanggal 18 April 1955. *** 

                                                                ****

                Hal paling paling penting hasil konferensi tersebut adalah keputusan bersama yang dituangkan dalam “Dasa Sila Bandung”.  Kesepuluh sila tersebut adalah:

 

1.     Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.

2.     Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.

3.     Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.

4.     Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.

5.     Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.

6.     (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.

(b) Tidak melakukan tekanan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.

        7.    Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau

               menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau

                kemerdekaan politik negara  mana pun.

8.     Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi atau penyelesaian hUkum,

                Ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-

                pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.

9.     Meningkatkan kepentingan dan kerjasama bersama.

10.   Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

 

 —————————————————————————————

Alamat            : Jalan Asia-Afrika No 65 (Sayap kiri Gedung Merdeka)

                         Bandung

Tilp                 : 022.423.3564

E-mail             : museum_kaa@yahoo.com

Jam buka       : Senin – Jumat pukul 08.00 – 15.00

Karcis masuk : Gratis 

Leave a comment